Halaman

Senin, 09 Agustus 2010

Warkop DKI

Bermula dari iseng, 5 pemuda mencoba membuat acara untuk siaran di Radio Prambors. Bertajuk Obrolan Santai di Warung Kopi yang disiarkan setiap hari Jum’at malam pukul 20.30 - 21.15. Mereka adalah Dono atau Wahjoe Sardono, Kasino (Kasino Hadiwibowo), Indro (Indrodjojo Kusumonegoro), Nanu (Nanu Mulyono) dan Rudy Badil, yang terakhir kemudian menjadi wartawan senior Kompas. Tak disangka acara tersebut ternyata mendapat banyak sambutan sehingga kemunculannya selalu dinanti pendengarnya.

Berangkat dari popularitasnya di Radio Prambos mereka lalu sepakat untuk berpindah ke panggung. Maka mulailah mereka merintis karir dari panggung ke panggung, dari pesta perpisahan SMA hingga ke hotel. Di saat itulah kemudian nasib menggariskan lain, salah satu personel mereka Nanu harus menghadap Tuhan, setelah penyakit lever menderanya. Setelah itu disusul Rudy Badil juga memutuskan keluar.

Mereka kemudian juga sepakat untuk mengganti nama mereka sebagai Warkop DKI. DKI selain plesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota selain juga akronim dari nama para personel. Pergantian nama ini sekaligus membebaskan mereka dari kewajiban membayar royalti seperti ketika masih menggunakan embel-embel Prambors di belakang mereka.

Mencermati gaya lawakan Warkop DKI, tak ada hal yang terlalu serius untuk dipikirkan. Lawakan mereka masih banyak menampilkan hal-hal yang berbau slapstic. Mengolok-olok fisik orang lain, dalam hal ini Dono yang (maaf) bibirnya maju, sering kita temukan. Atau menertawakan kesialan teman yang jatuh lalu tertimpa tangga kadang masih juga memancing tawa. Faktanya adalah humor yang seperti ini banyak ditemukan hingga sekarang.

Dan satu lagi yang sering ditemukan dalam setiap penampilan Warkop adalah penampilan gadis-gadis cantik. Hampir dalam setiap film-filmnya Warkop tidak lupa menampilkan adegan di pantai yang tentu saja menampilkan wanita-wanita berbusana minim dan seksi. Dalam film-filmnya banyak artis-artis yang juga terlibat seperti Eva Arnaz, Meriam Bellina, Ira Wibowo, Lia Warokka, Aminah Cendrakasih, Nurul Arifin dan Sally Marcellina untuk menyebut beberapa nama.

Petualangan di layar perak dimulai tahun 1979 lewat filmnya Mana Tahaaan, yang disutradarai oleh Nawi Ismail. Dalam film ini Warkop yang masih diperkuat oleh Nanu bermain bersama Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi. Rentang waktu karya mereka di tahun 1979 hingga 1994 tersebut , Warkop DKI telah menghasilkan 34 judul film layar lebar. Film-film Warkop memang sukses menangguk penonton. Salah satu filmya: Kesempatan Dalam Kesempitan yang dirilis tahun 1985, bahkan menjadi film terfavorit tahun tersebut, dan hanya kalah dari film Pengkhianatan G 30 S/PKI. Lewat film itu juga trio Warkop DKI menjadi artis termahal dengan honor Rp. 15.000.000 per film. Suatu jumlah yang wah pada saat itu. Namun demikian kebanyakan film Warkop tidak dapat diedarkan secara internasional karena masalah pelanggaran hak cipta, yaitu digunakannya musik oleh komponis Henry Mancini tanpa izin atau mencantumkan namanya dalam credit film.

Memasuki era televisi swasta, Warkop tampil di televisi dalam format sinetron komedi 30 menit, yaitu lewat Warkop Millenium. Tentu saja masih membawa pakem lama, menghadirkan cewek-cewek cantik dan segar. Namun kemudian nasib menggariskan lain. Tahun 1997 Salah satu personel yaitu Kasino tutup usia. Kemudian menyusul Dono meninggal dunia tahun 2001. Maka tinggallah Indro sebagai satu-satunya personel Warkop yang masih tersisa, yang mencoba untuk tetap menebar tawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar