Halaman

Minggu, 05 September 2010

Anak SMP Indonesia dan Anak SMP Eropa dalam Sepak Bola

Anak SMP di Indonesia dengan Anak SMP di Eropa berbeda dalam bidang sepak bola. Jika Anak SMP atau seumuran SMP di Eropa banyak yang sudah menunjukan bakatnya menjadi calon bintang, maka Anak SMP di Indonesia nasibnya berbeda. Jika Messi dan Bojan dari Barcelona sudah diplot menjadi calon bintang sejak umur SMP, maka siapa Anak SMP di Indonesia kini yang bisa menyamainya? Hmm… mungkin akan ada jawaban : kan di Indonesia tidak ada Barcelona, Tidak ada Arsene Wenger seperti di Arsenal (Inggris) atau tidak ada Ajax Amsterdam seperti di Belanda, dan yang pasti ini Indonesia bukan Brazil atau Argentina.

Ya, begitulah. Faktanya inilah Indonesia. Dimana bakat-bakat anak muda terutama seumuran Anak SMP (12-15 tahun) tidak terangkat ke permukaaan, saya berkeyakinan bahwa banyak anak-anak muda belia yang duduk dibangku SMP di Indonesia atau anak seumuran SMP atau bahkan SD yang berpotensi menjadi superstar. Tapi, mereka tidak memiliki kesempatan atau bahkan tidak diberi kesempatan. Mereka (anak usia SMP) hanya bisa bermain di lapangan kampung yang tidak pasti apakah lapangannya akan tetap menjadi lapangan di kemudian hari atau tergusur menjadi pasar, perumahan dll.

Pembinaan Usia Dini dalam sepak bola yang dicanangkan PSSI sejak dulu seakan hanya menjadi wacana tanpa aksi yang nyata. Semuanya bergerak sendiri-sendiri pembinaan ini. PSSI dengan proyeknya, begitupun klub-klub di daerah. Menjadi penting kemudian PSSI dan klub-klub di daerah untuk lebih memberi kesempatan bagi anak-anak muda di daerah masing-masing, terutama yang masih duduk di bangku SMP atau seumuran SMP.