Halaman

Minggu, 08 Agustus 2010

Raga Tua Berjuang di Ibukota



 Identitas sebagai ibukota negara Indonesia menjadikan Jakarta kota yang ramai akan dunia perbisnisan & perekonomian sehingga menjadi peluang masyarakat untuk mengais rezeki. Namun pertumbuhan ekonomi tidak sebanding dengan pertumbuhan & pertambahan penduduknya. Banyaknya penduduk dengan segala keperluannya membuat angkutan umum menjadi sarana transportasi yang diandalkan, macam bus kota. Tarif yang murah atau 'jauh dekat sama' bisa jadi faktor mengapa bus kota tetap eksis & dipilih masyarakat. Hanya saja semenjak kemunculan bus rapid transit/BRT TransJakarta sebagian masyarakat ibukota beralih ke transportasi massal ini. Bus bagus ber-AC yang hanya menaikkan & menurunkan penumpang di halte-halte khusus ini jelas mampu mengalahkan bus-bus kota yang usianya sudah tua. Sebagian besar dari mereka (bus kota, Red) sebenarnya sudah tidak laik jalan. Bodi bus yang keropos & tercorat-coret, besi yang berkarat, kaca pecah/berisik, hingga piranti kemudi yang tidak layak. Nama bus kota pun tercoreng karena identik dengan ugal-ugalan, berebut penumpang, dll. Namun bus kota tua tetap bertahan. Tidak mudah bagi bus kota tua mundur begitu saja di tengah era modern. Masih banyak orang yang menggantungkan hidup darinya. Tidak peduli biaya operasional tak tertutup sekedar mengobati si 'raga tua' agar tetap mampu berjalan di bawah terik mentari & kerasnya kehidupan kota metropolitan demi diri dan anak-istri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar